Sewajarnya contoh yang ditunjukkan oleh Baginda dalam menghayati sepuluh hari terakhir Ramadhan dijadikan teladan kepada seluruh umat Islam pada hari ini.
Sesungguhnya pedoman yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah S.A.W jelas mencerminkan kepada kita betapa tinggi dan bernilainya detik-detik terakhir Ramadhan yang sedang kita lalui saat ini. Alangkah malangnya jika kita semakin alpa dan lalai dalam melaksanakan ibadah kita pada saat-saat Ramadhan yang kian melabuhkan tirainya.
Sedangkan kita seharusnya menghidupkannya dengan meningkatkan lagi amalan-amalan sunat bagi meraih pahala berlipat ganda yang telah dijanjikan oleh Allah S.W.T. Lebih manis lagi apabila Allah S.W.T turut menjanjikan kehadiran Lailatulqadar (yakni malam yang lebih baik daripada seribu bulan) pada sepuluh malam terakhir Ramadhan.
Sebagaimana firman Allah S.W.T di dalam surah al-Qadr (ayat 1-5) yang bermaksud:
"Sesungguhnya kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam Lailatulqadar, dan apa jalannya engkau dapat mengetahui apa dia kebesaran malam Lailatulqadar? Malam Lailatulqadar lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu, turun Malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun yang berikut); sejahteralah malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar!"
Ingatlah! (Hak yang wajib dipersembahkan) kepada Allah ialah segala ibadat dan bawaan yang suci bersih (dari segala rupa syirik). Dan orang-orang musyrik yang mengambil selain dari Allah untuk menjadi pelindung dan penolong (sambil berkata): "Kami tidak menyembah atau memujanya melainkan supaya mereka mendampingkan kami kepada Allah sehampir-hampirnya", - sesungguhnya Allah akan menghukum di antara mereka (dengan orang-orang yang tidak melakukan syirik) tentang apa yang mereka berselisihan padanya. Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada orang-orang yang tetap berdusta (mengatakan yang bukan-bukan), lagi sentiasa kufur (dengan melakukan syirik).
(Surah az-Zumar 39: Ayat ke 3)